Powered By Blogger

Kamis, 06 Agustus 2020

ATONIA UTERI DAN RETENSIO PLASENTA

 


TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI TENTANG KASUS ATONIA UTERI DAN RETENSIO PLASENTA


        DISUSUN OLEH

1. DEFI ANGGRAINI

2. HILDA WAHYUNI

3. ISRA JADEA

4. RAMAYENI

5. SISKA DESTA ROZA

6. WENI WIRDAHAYU


 DOSEN PEMBIMBING

         ‘ZULFITA S.SIT’

PRODI DIII KEBIDANAN

 

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

           



KASUS I

Pada tanggal 9 Agustus 2013, jam satu malam, Ny Wira, 37 tahun datang ke rumah bidan untuk melahirkan . Anak Ny Wira lahir dengan selamat pada jam setengah tiga malam berat badan anak Ny Wira 4000 gram.. Setelah 10 menit plasentanya lahir spontan.  Namun begitu plasenta lahir, keluar darah tiba – tiba begitu banyak. Ny wira merasa sangat cemas. Jarak rumah bidan dengan rumah sakit lumayan jauh. Butuh waktu 3 sampai 4 jam

Hasil pemeriksaan Bidan sementara di dapatkan : TD 100/70 mmhg, nadi 88x/Menit, Uterus lunak dan tidak teraba kontraksi. Tinggi fundus sama 2 jari diatas pusat.


TUGAS KELOMPOK  

1. Data fokus apa yang anda butuhkan ?

JAWAB

Data subjektif :

- Ibu mengatakan usianya 37 tahun

- Ibu mengatakan ingin melahirkan


Data objektif  :

Keadaan umum

TD 100/70 mmhg

nadi 88x/Menit

palpasi

Uterus lunak dan tidak teraba kontraksi. 

Tinggi fundus sama 2 jari diatas pusat.


2. Apa diagnosa kasus di atas? 

jawab

Dx 

Ibu parturien kala III ,KU ibu sedang dengan atonia uteri 

Dasar :

- plasenta lahir spontan pada pukul 02.40 wib

- TTV dalam batas normal

- Uterus lunak dan tidak teraba kontraksi. 

- Tinggi fundus sama 2 jari diatas pusat


3. Keputusan klinik apa yang akan diambil, apa alasannya?

Kolaborasi untuk pemasangan infus dan pemeriksaan laboratorium

Alasanya :  

Jika terjadinya perdarahan melebihi batas normal yang mengakibatkan ibu kekurangan cairan atau syok hipovolemik

Untuk persiapan transfusi darah sebagai therapy lanjutan. 


4. Tindakan apa yang akan dilakukan pada ibu tersebut. Jelaskan kenapa kelompok mengambil keputusan tersebut.

jawab

1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)

2. Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.

3. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.

4. Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.

5. Pastikan bahwa kantung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

6. Hentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit 


Alasanya :

sebelum melakukan kolaborasi dan rujukan terlebih dahulu bidan dapat melakukan penatalaksanaan atonia uteri secara mandiri untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dan mencegah syok pada ibu.jika atonia uteri tidak bisa teratasi maka akan membahayakan nyawa ibu.segera kolaborasi/rujuk ibu ke fasilitas yang lebih lengkap.


5. bagaimana patofisologi kasus di atas.

Jawab

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.


6. Perlukah tindakan segera pada kasus di atas? Jelaskan

jawab

Perlu. 

pemasangan infus pada ibu yang mengalami perdarahan setelah melahirkan plasenta ,untuk memenuhi cairan dehidrasi serta untuk mencegah terjadinya syok hipovelemik pada ibu.


7. Lakukan penatalaksanaan sampai masalahnya teratasi.?

JAWAB

1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)

2. Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus

3. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.

4. Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.

5. Pastikan bahwa kantung kemih kosong. Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.

6. Hentikan perdarahan dengan Kompresi Bimanual Internal (KBI) selama 5 menit 

Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu.

Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri langsung bersihkan, mungkin hal ini yang menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.

Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang.

Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi.

Evaluasi keberhasilan : 

a. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina dan pantau kondisi ibu secara ketat selama kala IV.

b. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa ulang perenium, vagina, dan seviks, apakah terjadi laserasi.Jika demikian,segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan.

7. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanul eksternal : 

Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri dan diatas simpisis pubis.

Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus uteri ,sejajar dengan dinding depan korpus uteri.Usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.

Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman myometrium dapat dijepit secara manul.Cara ini dapat menjepit pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

8. Kompresi aorta abdominalis

Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis, penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri pemoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

9. Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 600 -1000 mcg per rectal.Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karna ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.

10. Pasang infuse dengan jarum ukuran 16 atau 18, berikan infuse RL 500 + 20 unit oksitosin guyur dalam waktu 10 menit. 

11. Pakai sarung tangan steril dan ulangi KBI.

12. Jika uterus berkontraksi pantau ibu secara seksama selama persalinan kala IV Dan jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu dan dampingi ibu ketempat rujukan.

13. Lanjutkan infus RL + 20 unit oksitosin dalam 500 cc / jam hingga tiba ditempat rujukan atau menghabiskan 1,5 liter infus.Kemudian berikan 125 cc / jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup , berikan 55cc kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minum untuk rehidrasi


       KASUS I I 

Pada tanggal 29 Juli 2013, jam 3.00 WIB, Ny Santi, 40 tahun datang ke rumah bidan untuk melahirkan . Anak Ny Santi lahir dengan selamat pada jam setengah lima pagi. Namun setelah 30 menit plasentanya tidak juga lahir. Ny Santi merasa sangat cemas. Tidak ada darah keluar . Jarak rumah bidan dengan rumah sakit lumayan jauh. Butuh waktu 3 sampai 4 jam

Hasil pemeriksaan Bidan sementara di dapatkan : TD 100/70 mmhg, nadi 808x/Menit, Uterus lunak dan tidak nyeri tekan, tidak teraba kontraksi. Tinggi fundus sama 2 jari diatas pusat.


1. Data fokus apa yang anda butuhkan

a. Data subjektif 

- Ibu merasa sangat cemas karena banyak darah yang keluar.

b. Data objektif 

- Keadaan umum ibu : kurang baik

- TTV :

TD : 100/70 mmhg.

N : 80x/Menit, 

P : 26 x/menit

S : 37,5 0 

- Pemeriksaan fisik :

Inspeksi : darah tidak keluar dan ibu kelihatan cemas.

Palpasi  :

TFU : 2 jari diatas pusat .

Kontraksi : tidak teraba, Uterus lunak dan tidak nyeri tekan.


2. Apa diagnosa kasus di atas? 

Diagnosa :

- ibu parturient kala III, KU Ibu kurang baik dengan retensio plasenta

  Dasar  :

- anak lahir pukul 04 :30 wib

- plasenta belum lahir.

- TTV :

TD : 100/70 mmhg.

N : 80x/Menit, 

P : 26 x/menit

S : 37,5 0 

- TFU : 2 jari diatas pusat .

- Kontraksi : tidak teraba, Uterus lunak dan tidak nyeri tekan.

Plasenta : tidak lahir 30 menit setalah bayi lahir

3. Keputusan klinik apa yang akan diambil, apa alasannya

Rujukan 

Alasan nya : karena tidak ada nya pengeluaran  darah setelah  30 menit bayi lahir.


4. Tindakan apa yang akan dilakukan pada ibu tersebut. Jelaskan kenapa kelompok mengambil keputusan tersebut.

1. Tindakan yang dilakukan :

a. Sikap umum Bidan.

1) Memperhatikan keadaan umum penderita.

Apakah anemis.

Bagaimana jumlah perdarahannya.

TTV : TD, nadi dan suhu.

Keadaan fundus uteri : kontraksi dan fundus uteri

2) Mengetahui keadaan placenta.

Apakah placenta ikarserata.

Melakukan tes pelepasan placenta : metode kusnert, metode klein, metode strassman, metode manuaba

3) Memasang infus dan memberikan cairan pengganti.

b. Sikap khusus bidan.

1) Retensio placenta tanpa perdarahan.

Setelah dapat memastikan k/u penderita segera memasang infus dan    

memberikan cairan.

Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan  penanganan lebih baik.

Memberikan tranfusi.

Proteksi dengan antibiotika.

Mempersiapkan placenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.


5. bagaimana patofisologi kasus di atas.

Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.


6. Perlukah tindakan segera pada kasus di atas? Jelaskan

Perlu , apabila tidak dilakukan maka akan mengancam nyawa ibu,tindakan yang dapat kita lakukan sebagai bidan seperti :

a. Pemasangan infus RL 20 tts/menit .

Alasan : dengan diberikan cairan isotonik / elektronik dapat meningkatkan volume sirkulasi secara cepat dan dapat menyelamatkan kehidupan pasien.


b. Kosongkan kandung kemih 

Alasan nya : dengan melakukan observasi intake dan output, kita dapat mengetahui seberapa besar pasien kehilangan dan membutuhkan cairan

c. Segera  rujuk ke rumah sakit.

alasan : agar pasien cepat di tangani dan ibu dapat di selamatkan

7. Lakukan penatalaksanaan sampai masalahnya dapat teratasi.

1. Informasikan keadaan ibu dan hasil pemeriksaan

Rasional : ibu mengetahui keadaan dan tindakan yang dilakukan bidan untuk mengatasi retensio plasenta.

2. Berikan support atau dukungan pada ibu.

Rasional : dengan diberikan dukungan dapat memberikan semangat dan senantiasa berdoa demi kelancaran proses persalinan.

3. Berikan infus dari cairan isotonik / elektronik dengan kateter 18g.

Rasional : dengan diberikan cairan isotonik / elektronik dapat meningkatkan volume sirkulasi secara cepat dan dapat menyelamatkan kehidupan pasien.

4. Bantu dengan prosedur sesuai indikasi yaitu separasi manual dan penglepasan plasenta.

Rasional : dengan melakukan separasi plasenta, uterus dapat berkontraksi dengan baik dan perdarahan dapat dihentikan. 

5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : oksitosin, metilergonovin malet.

Rasional : dengan pemberian obat-obatan dapat membantu meningkatkan kontraksi uterus, sehingga memudahkan plasenta lepas.

6. Observasi TTV :  hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisan kapiler, sianosis dasar kaku, membran mukosa dan bibir .

Rasional : Dengan melakukan observasi TTV kita dapat mengetahui keadaan syok / tidak.

7. Observasi intake dan output .

Rasional : dengan melakukan observasi intake dan output, kita dapat mengetahui seberapa besar pasien kehilangan dan membutuhkan cairan



8. Plasenta keluar dalam waktu 15 menit dari mulai tindakan dilakukan. 

Rasional : dengan plasenta keluar perdarahan dapat segera berhenti dan kontraksi uterus membaik. 

9. Pemeriksaan laboratorium Hb ulang 

Rasional : dengan pemeriksaan lab Hb ulang, kita dapat mengetahui kadar Hb pasien normal atau tidak.  


.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar