Powered By Blogger

Senin, 02 September 2013

asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Periode ini disebut juga puerperium, periode pemulihan pascapartum berlangsung sekitar 6-8 minggu.
Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan.
Asuhan masa nifas diperlukan mkarena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama salah satu masalah pada nifas adalah mastitis.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
1.      Untuk menjaga kesehatan pada ibu pada saat nifas.
2.    Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan mengerti tentang MASTITIS.
Tujuan Khusus
1.      Untuk mendeteksi masalah, mengobati, atau rujuk bila terjadi komplikasi.
2.   Memberikan pendidikan tentang perawatan kesehatan diri dan juga melakukan perawatan pada ibu yng menderita mastitis.
3.      Memenuhi tugas belajar mengajar pada mata kuliah Askeb III.

Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan MASTITIS pada ibu nifas ?
2.      Penyebab terjadinya MASTITIS pada ibu nifas ?
3.      Faktor pendukung terjadinya MASTITIS pada ibu nifas ?
4.      Bagaimana cara mencegah MASTITIS pada ibu nifas ?
5.      Bagaimana cara menangani MASTITIS pada ibu nifas ?


Manfaat                   
1.      Mahasiswa dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan MASTITIS.
2.     Mahasiswa dapat mengetahui apa saja penyebab yang bisa menimbulkan MASTITIS pada ibu nifas.
3.     Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mendukung kejadian MASTITIS pada ibu nifas.
4.    Mahasiwa dapat mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya MASTITIS pada ibu nifas.
5.  Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara menangani masalah pada ibu nifas yang mengalami MASTITIS pada masa nifas.
6.   Mahasiswa paham dan mengerti, serta mampu menjelaskan kembali tentang asuhan kebidanan padaa ibu nifas dengan masalah MASTITIS.
7.      Mahasiswa dapat memberikan asuhan yang tepat dan benar kepada ibu nifas dengan masalaah Mastitis.






BAB II
TINJAUAN TEORI
Defenisi Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

 
gamabar payudara dengan mastitis 
 
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya.
Mastitis berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
1.Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
2.Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
3.Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :
1.      Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
2.      Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
 3.      Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.

Etiologi
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
  1.  Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

a.       Bendungan ASI
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat, dan tekanan pada tekanan ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edema.
Baik kepenuhan fisiologis maupun bendungan, kedua payudara biasanya terkena. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting, yaitu:
Payudara yang penuh terasa panas berat dan keras. Tidak terlihat mengkilat, edema atau merah. ASI biasanya mengalir dengan lancar, dan kadang-kadang menetes keluar sacara spontan. Bayi mudah menghisap dan mengeluarkan ASI.
Payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri. Payudara dapat terlihat mengkilat dan edema. Putting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk mengisap ASI sampai pembengkakan berkurang. Wanita kadang-kadang menjadi demam. Walaupun demikian, demam biasanya hilang dalam 24 jam. 

b.      Frekuensi menyusui
Bendungan payudara dapat dikurangi apabila bayi disusui tanpa batas. Wanita yang menderita mastitis biasanya karena tidak menyusui atau bayi mereka tidak mau menyusu seperti biasanya.

c.       Kenyutan pada payudara
Nyeri puting dan putting peceh-pecah sering ditemukan pada penderita mastitis. Nyeri putting biasa disebabkan karena kenyutan bayi yang buruk sehingga pengeluaran ASI pun tidak efektif.

 2.      Infeksi
Organisme yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.

Tanda dan Gejala
1.  Payudara bengkak, terlihat membesar
2.  Teraba keras dan benjol-benjol
3.  Nyeri pada payudara
4.  Merasa lesu
5.  Suhu badan meningkat, suhu lebih dari 38oC
6.  Biasanya hanya pada satu payudara.
(Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 104)

Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :
Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia 21        tahun      atau di atas 35 tahun.
Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui yang buruk  yang tidak diperbaiki.
Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis.
Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

Pencegahan
·         Untuk mencegah terjadinya mastitis bisa dilakukan beberapa tindakan berikut
·         Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
·      Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
·     Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada puting susu
·         Minum banyak cairan
·         Menjaga kebersihan puting susu
·         Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Pengobatan
·      Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
·          Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
·      Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
·         Sangga payudara.
·         Kompres dingin.
·         Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap  4 jam.
·         Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.
·         Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.





BAB III
PEMBAHASAN

Bagi wanita yang telah melahirkan pasti merasa lega dan bahagia atas kelahiran putra-putrinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa bagi wanita pasca melahirkan atau yang biasa disebut dengan masa nifas terdapat beberapa masalah yang perlu menjadi perhatian dan penanganan yang khusus jika telah hal ini telah ia alami. Satu dari beberapa masalah pada masa nifas ini adalah Mastitis.
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktsional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah local didalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis. Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar.
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat tehnik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting, tetapi dalam benak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap dengan infeksi payudara.
Mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudara juga paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pasca kelahiran.
            Mastitis sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal dan apabila terjadi tanda-tanda mastitis seperti bendungan ASI, nyeri putting, dll segera diobati.

a.       Memberikan pemahaman tentang menyusui
Wanita harus mengetahui mengenai penatalaksanaan menyusui yang efektif dan pemberian makanan bayi dengan tepat. Hal yang harus diperhatikan misalnya:
·         Segera susui bayi setelah proses kelahiran
·         Pastikan bahwa bayi mengenyut payudara dengan baik
·         Menyusui secara eksklusif 6 bulan
·         Atur frekuensi menyusui.

b.      Perawatan pada kehamilan dan persalinan
·         Bayi harus di IMD
·         Rawat gabung itu sangat penting
·         Ibu harus mendapat bantuan dan dukungan mengenai tehnik menyusui yang baik

c.       Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
·         Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan bayinya
·         Dukung ibu untuk menyusui sesering mungkin
·         Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan maka bantu ibu untuk memeras susu
·         Lakukan kompres pada payudara


d.      Periksa gejala statis ASI
·         Bila ibu mempunyai gejala statis ASI maka ibu perlu:
·         Beristirahat
·         Anjurkan untuk lebih sering menyusui
·         Kompres panas kompres dingin
·         Pijat lembut pada daerah benjolan saat menyusui

e.       Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan perlu sekali memperhatikan mengenai pencegahan infeksi ini misalnya dengan mencuci tangan sebelum melakukan tindakan, menggunakan sarung tangan DTT bila melakukan tindakan dsb.
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan kebersihan pemberian ASI dan mencegah lecet punting susu, pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya. Terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu berusia sangat muda.

Posisi menyusui yang benar :
1.  Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus) muka bayi menghadap ke payudara ibu. Hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi ketubuh ibunya.
2. Ibu mendekatkan bayi ketuban ibunya (maka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh
3.  Ibu menyentuhkan putting susu kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap putting susu sendiri
Tanda-tanda posis bayi menyusu dengan baik :
1.      Dagu menyentuh payudara ibu
2.      Mulut terbuka lebar
3.      Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
4.    Mulut bayi mencakup sebanyak mungki areola (tidak hanya putting saja). Lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah.
5.      Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
6.      Bibir bawah bayi melengkung keluar
7.      bayi menghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai berhenti sesaat.