KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur
kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu dan mengerti tentang “KONTRASEPSI UNTUK PEREMPUAN YANG LEBIH DARI 35 TAHUN”.
penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Penyusunan
makalah ini kita ketahui belum sempurna. Oleh karena itu semua kritik dan saran
dan pendapat akan di terima dengan terbuka.
Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Padang,
Maret 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Premenopause adalah fase pada proses usia yang dilewati perempuan dari
mulai tahap reproduktif hingga menjadi tidak produktif. Menopause diartikan
sebagai berhentinya menstruasi secara permanen yang menghasilkan hilangnya
aktivitas folikel ovarium. Premenopuase adalah saat awal sebelum menopause
ketika bentuk endokrinologikal, biologikal dan klinikal mengarah pada menopause
dimulai dan pengertian ini juga meliputi tahun pertama setelah menopause.
Selama tahun-tahun premenopause, sirkulasi menstruasi cenderung menjadi tidak
teratur, tetapi walaupun terdapat penurunan tingkat kesuburan, kontrasepsi
tetap diperlukan untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Perempuan
yang mendekati masa menopause terkadang memerlukan kontrasepsi yang berbeda
dari perempuan yang lebih muda, tetapi pengawasan efektifitas kontrasepsi sama
penting bagi keduanya.
Dalam
hubungannya dengan kebutuhan pemakaian kontrasepsi, dibuat batasan tentang
periode premenopause lanjut yaitu masa yang dimulai dari usia 35 tahun dan
berakhir dengan terjadinya menopause.
Pada
masa premenopause lanjut masih diperlukan penggunaan kontrasepsi karena
kehamilan pada masa ini dihadapkan pada kehamilan risiko tinggi dan adanya
implikasi sosial psikologis, menggunakan kontrasepsi setelah usia 35 tahun ada
keuntungan dan kerugiannya sehingga perlu pertimbangan khusus, pada masa
premenopause perempuan dihadapkan pada masalah kesehatan khusus sehingga
diperlukan kontrasepsi jangka panjang yang sesuai.
Kelanjutan
usaha dilakukan untuk menghasilkan metode kontrasepsi yang lebih aman, lebih reliable
dan lebih diterima, peningkatan pelayanan KB dapat juga meningkat dengan
adanya kepuasan dari kriteria yang mudah dan biaya yang murah. Hal ini akan
membuat perempuan terlindungi dari kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak
direncanakan.
1.2.tujuan penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang alat kontrasepsi
untuk perempuan diatas 35 tahun.
BAB II
ISI
2.1.
Perubahan hormon selama perimenopause
Pada masa reproduktif, sejumlah ovarian primordial follicles terus
mengalami pengurangan, tetapi setelah berusia 40 tahun jumlah folikel yang
hilang mulai mengalami percepatan. Meskipun jumlah folikel berkurang, ovulasi
tetap berlanjut pada lebih dari 98% perempuan yang berusia 40 tahun yang
memiliki sirkulasi menstruasi teratur, yang menekankan pentingnya untuk terus
melanjutkan penggunaan kontrasepsi.
Walaupun sirkulasi ovulasi yang teratur dapat dipertahankan, perubahan
akan terjadi pada poros pengatur hipothalamic-pituitary ovarian sebelum
tiba waktu gagal ovarian. Perubahan yang terlalu cepat meningkatkan konsentrasi
fase follikuler dari follicle stimulating hormone (FSH). Sekresi FSH di
bawah kontrol gonadotropin-releasing hormon dari hipopthalamus dan tujuannya
untuk memberikan titik balik negatif dari ovarium baik melalui inhibin ataupun
estradiol. Dengan bertambahnya umur maka akan terdapat peningkatan pematangan
folikel yang tidak teratur dan konsentrasi FSH akan meningkat dikarenakan
turunnya alur balik yang negatif. Konsentrasi estradiol dan progesteron tidak
berubah secara signifikan dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda,
konsentrasi FSH meningkat tiga kali lipat pada perempuan diatas 35 tahun,
walaupun konsentrasi lutenizing hormone (LH) tetap normal atau
meningkat. Sebagai hasil dari ketidakselarasan perkembangan folikel, produksi
estrogen menjadi meningkat dengan tidak teratur, bahkan juga pada sirkulasi ovulatory
yang teratur. Hal ini telah dibuktikan dalam studi yang dilakukan
Dennerstein et.al. yang menemukan konsentrasi estradiol < 100 pmol/l pada 9%
perempuan dengan sirkulasi menstruasi teratur yang sedang mengalami transisi
menopause. Inhibin tidak dapat dideteksi pada 28% dari sirkulasi ini dan
konsentrasi FSH meningkat pada 6,7%.1,4,5
Peningkatan
konsentrasi FSH mengurangi waktu pematangan yang menyebabkan durasi sirkulasi
pendek. Pada waktu yang lain dapat terjadi produksi estradiol dari folikel
meningkatkan LH surge dan gagal ovulasi dapat menunda menstruasi. Terkadang
tidak terdapat folikel yang dapat merespon peningkatan konsentrasi gonadotropin
dan terdapat konsentrasi estradiol yang rendah diikuti dengan menopause.
Setelah menopause, peningkatan konsentrasi FSH relatif lebih besar daripada LH
, dengan peningkatan level FSH 10 – 15 kali dimana konsentrasi dari LH hanya
tiga hingga lima kali lebih tinggi.1,5,6
Oocyte
yang dikeluarkan oleh perempuan pada masa premenopause lanjut mempunyai
kualitas rendah atau kurang baik dan kurang subur. Hal ini kemungkinan
disebabkan oocyte berada dalam masa metafase selama 40 tahun. Ini merupakan
salah satu sebab menurunnya fertilitas. Akibat dari perubahan ini adalah
kesuburan menurun. Hal ini disebabkan :
A.
Siklus anovulatoir bertambah dengan meningkatnya usia
B.
Kualitas oocyte yang dikeluarkan berkurang dan tidak mudah dibuahi.
Hal ini disebabkan oocyte berada dalam metafase selama lebih kurang 40
tahun sehingga kualitas oocyte inferior. Terbukti dengan penurunan
keberhasilan berbagai metoda assisted reproduction pada usia lebih
kurang dari 35 tahun. Pada nulipara dengan inseminasi artifisial, keberhasilan
kehamilan 74% pada usia kurang dari 30 tahun. Diatas 30 tahun, keberhasilan
menurun sampai 54%.
2.2. Resiko kehamilam pada perimenopause lanjut
Kemungkinan terjadinya kehamilan pada masa premenopause lanjut meskipun
frekuensi coitus maupun kesuburan menurun pada masa ini, tetapi kemungkinan
untuk terjadi kehamilan masih tinggi bila tanpa menggunakan kontrasepsi. Gray
melaporkan hasil penelitiannya bahwa sekitar 50% perempuan usia lebih dari 40
tahun secara potensial masih fertil. Risiko terjadinya kehamilan pada usia 40 –
44 tahun tanpa kontrasepsi 10% dan pada usia 45 – 49 tahun risiko sekitar 2 –
3%. Meskipun kecil, risiko terjadinya kehamilan di atas usia 50 tahun masih
ada. Data tersebut di atas menunjukkan masih perlunya digunakan kontrasepsi
pada masa premenopause lanjut sampai menopause.3
Bila
terjadi kehamilan pada masa premenopause lanjut merupakan kehamilan dengan
risiko tinggi, baik untuk ibu maupun anak. Di negara berkembang, mortalitas ibu
meningkat 4 kali, kemungkinan terjadi abortus 2 kali lipat dan kematian
perinatal meningkat 2 kali. Untuk negara sedang berkembang seperti Indonesia
diperkirakan angka-angka ini akan lebih tinggi lagi. Makin tua usia ibu dengan
kehamilan, semakin besar kemungkinan terjadinya anomali kromosom selain
komplikasi psikologis dan sosial. Misalnya seorang ibu yang hamil pada usia
premenopause lanjut padahal ia telah bercucu, keadaan ini akan menimbulkan
problem sosial dan psikologis, apalagi abortus di Indonesia dilarang. Di
Inggris, dimana aborsi diperbolehkan, angka abortus legal pada usia di atas 40
tahun mencapai 40%.
2.3.Pilihan kontrasepsi
Walaupun
semua bentuk kontrasepsi yang tersedia untuk pasangan dimana perempuannya dalam
posisi premenopause, metode tertentu dapat lebih sesuai untuk perempuan pada
kelompok umur ini dalam pandangan medik, whilst adalah metode lain yang tidak
memiliki manfaat medis tetapi lebih nyaman dan dapat diterima. Setelah usia 40
tahun, perempuan akan kurang berkeinginan untuk menggunakan kontrasepsi, tetapi
mereka yang melakukannya terkadang menjalani sterilisasi dan kurang suka untuk
menggunakan kontrasepsi oral dibandingkan dengan perempuan yang lebih muda.
Dalam hubungan pilihan kontrasepsi, klien perlu diinformasi tentang
efektivitas relatif dari berbagai metode kontrasepsi yang tersedia, efek
negatif kehamilan yang tidak diinginkan pada kesehatan dan risiko kesehatan
potensial pada kehamilan dengan kondisi medis tertentu.
a. Klasifikasi Persyaratan Medis
Keadaan/kondisi
yang mempengaruhi Persyaratan Medis dalam penggunaan setiap kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan
kedalam 4 kategor
1
: Kondisi di mana tidak ada pembatas
apa pun dalam penggunaan metode kontrasepsi.
2
Penggunaan kontrasepsi lebih besar
manfaatnya dibandingkan dengan resiko yang diberikan akan terjadi.
3
Risiko yang diperkirakan lebih besar
daripada manfaat penggunaan kontrasepsi.
4
Risiko akan terjadi bila metode
kontrasepsi tersebut digunakan.
Kategori 1 dan 4 cukup jelas.
Kategori 2 menunjukkan bahwa metode tersebut dapat digunakan, tetapi memerlukan
tindak lanjut yang seksama. Kategori 3 memerlukan penilaian klinik dan akses
terhadap pelayanan klinik yang baik. Seberapa besar masalah yang ada dan
ketersediaan serta penerimaan metode alternatif perlu dipertimbangkan. Dengan
perkataan lain, pada kategori 3, metode kontrasepsi tersebut tidak dianjurkan,
kecuali tidak ada cara lain yang lebih sesuai tersedia. Perlu tidak lanjut
ketat.Khusus untuk kontrasepsi Mantap
(Tubek dan vasektomi) digunakan klasifikasi lain, yaitu :
a. tidak ada
alasan medis yang merupakan kontraindikasi dilakukannya kontrasepsi manta
(kontap).
b. tindakan
kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi dengan persiapan dan kewaspadaan
khusus.
c. sebaiknya
tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai kondisi medis diperbaiki. Sementara
itu berikan metode kontrasepsi lain.
d. tindakan
kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga yang sangat berpengalaman dan
berperlengkapan anestesi tersedia. Demikina fasilitas penunjang dan kompetensi
yang sesuai.
b.
Kontrasepsi oral
Kontrasepsi oral menjadi meningkat lebih populer daripada pengendalian
kehamilan untuk perempuan premenopause sehat dikarenakan keamanan metode ini,
terutama untuk perempuan tidak merokok yang tidak memiliki risiko
kardiovaskular. Walupun kontrasepsi oral memiliki beberapa efek tambahan,
metode
ini juga memiliki manfaat dari cara kontrasepsi yang memiliki efek lebih ringan
bagi perempuan menopause.
Terdapat
sejumlah alasan mengapa penggunaan kontrasepsi oral mencapai tingkat
popularitas belakangan ini, terutama pada perempuan yang lebih tua. Pertama,
dosis sex steroid yang dikombinasikan dalam pil kontrasepsi lebih rendah
daripada prosedur yang telah tersedia sejak tahun 1960an. Kedua, peningkatan
pendidikan yang menghasilkan pemahaman bagi banyak perempuan pada risiko
komplikasi yang terbesar dari penggunaan kontrasepsi oral. Sebagai tambahan
juga terdapat penurunan yang penting pada jumlah perempuan muda yang menderita
infark miokard dan stroke dan ini kemungkinan juga memiliki pengaruh pada
bentuk yang aman.
Kontrasepsi oral cukup efektif dan sering digunakan. Jumlah kegagalan
dari multifasik dan monofasik dosis rendah yang dikombinasikan dengan pil
sekitar 0,1% pertahun dalam suatu kondisi dan 3% pertahun pada pengguna yang
terpilih. Persiapan dalam dosis yang lebih rendah memerlukan bahwa tablet dapat
digunakan pada waktu yang sama setiap hari dan waktu yang tersisa lebih ketat
untuk pil progesteron saja.
Kontrasepsi oral progeteron dapat dipertimbangkan untuk perempuan
premenopause yang merokok atau memiliki kontraindikasi pada penggunaan estrogen
atau yang menderita efek samping yang berhubungan dengan estrogen. Kontrol sirkulasi
tidak sebaik dengan kombinasi kontrasepsi oral dan perdarahan yang tidak
teratur adalah alasan utama untuk tidak melanjutkan pengobatan. Ini dapat
membuat kontrasepsi menjadi tidak sesuai bagi perempuan premenopause.
Secara teoritis efektifitas pil kombinasi 100%, meskipun kenyataannya
ada kegagalan 0,1 kehamilan per 100 tahun perempuan (FDA Reptrt ). Pada
mulanya pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron dosis tinggi.
Ternyata estrogen dosis tinggi menyebabkan meningkatnya risiko gangguan
tromboemboli pada sistem vena seperti tromboflebitis dan trombosis vena dalam.
Setelah melewati periode lebih dari 20 tahun, dosis estrogen diturunkan. Saat
ini dosis ethynilestradiol sekitar 20 – 35 Ug. Pada tahun 1960 dosis awal
ethynil estradiol sekitar 100 – 150 Ug. Pada penelitian lebih lanjut ternyata
sekitar tahun 1980 – 1990 ditemukan bahwa komponen progesteron juga menyebabkan
gangguan sistem arteri, misalnya penyakit jantung iskemik, penyakit pembuluh
darah otak dan hipertensi yang disebabkan sifat androgenik dari progesteron.
Saat ini ditemukan progesteron yang lebih alami, yaitu desogestrol, gestoden
dan norgestomate yang bersifat memperbaiki profil lemak darah. Diperkenalkan
pula suatu preparat pil kombinasi trifasik yang mempunyai dosis progesteron
yang secara keseluruhan diturunkan sampai 40%. Pil kombinasi yang beredar saat
ini merupakan generasi ketiga dan mengandung derivat estrogen dosis rendah dan
progesteron baru. Guiltebaud (1997), Lidegaard dan Skouby (1997) mengemukakan
hasil penelitiannya bahwa data epidemiologik baru menunjukkan risiko
tromboemboli vena pemakai pil generasi ketiga (yang mengandung desogestrel atau
gestoden) tidak berbeda dengan pemakai pil generasi kedua. Sedangkan risiko
komplikasi arteriil (infark miokard dan stroke trombotik) lebih rendah pada
pemakai pil generasi ketiga.
Penelitian tentang pemakaian pil kombinasi pada perempuan usia di atas
35 tahun menunjukkan bahwa risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada
perokok dan penderita dengan faktor predisposisi penyakit jantung, hipertensi,
DM, riwayat penyakit jantung, stroke. Sedangkan pada bukan perokok tidak ada
pengaruh. Keuntungan pemakaian pil kontrasepsi adalah menurunnya risiko kanker
endometrium dan ovarium, berkurangnya gejala premenstrual tension,
dysmnorrhea, berkurangnya perdarahan pervaginam, infeksi pelvis. Tentang kanker
mammae, laporan dari WHO Scientific Group on Oral Contraceptives mengemukakan
belum adanya bukti yang jelas hubungan pemakaian pil kombinasi dengan kanker
mammae. Anjuran FDA (The USA Food and Drug Administration):
1. Perempuan di atas 35 tahun tanpa merokok
dianjurkan memakai pil kombinasi dengan dosis rendah.
2. Tidak ada batasan usia pemakaian pil
kombinasi pada perempuan bukan perokok.
Penggunaan kontrasepsi oral memiliki sejumlah manfaat kesehatan bagi
perempuan premenopause yang bukan perokok. Peningkatan frekuensi anovulatory
disfungsi uterine bleeding pada perempuan premenopause telah disebutkan.
Kontrasepsi oral memberikan kontrol sirkulasi yang baik dan mengurangi risiko
kanker endometrium paling tidak 50% dengan lebih dari 12 bulan penggunaan.
Kontrasepsi oral juga memberikan perlindungan dari kanker ovarium. Pengurangan
ini lebih sedikit dari kanker endometrium, tetapi efeknya tetap ada hingga
lebih dari 15 tahun setelah penghentian pengobatan. Studi lain menyatakan
adanya peningkatan insiden dysplasia dan carcinoma pada cervix pada pengguna
kontrasepsi oral, tetapi ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah
partner sex.1
Selama pemakaian kontrasepsi kelainan ginekologi jinak harus
diperhatikan, satu dari kelainan ginekologik yang umum mempengaruhi perempuan
premenopause adalah uterine fibroid. Risiko berkembangnya uterine fibroid
muncul menjadi bukan pengaruh dengan penggunaan kontrasepsi oral dosis rendah,
dan pada perempuan dengan uterine fobroid dan menorrhagia, penggunaan
kontrasepsi oral dapat mengurangi volume perdarahan menstrual.
Perempuan premenopause terutama mendapatkan manfaat dari perlindungan
dari osteoporosis yang disediakan oleh kontrasepsi oral. Osteoporosis adalah
status hipoestrogenic yang cukup umum dan jumlah keropos tulang adalah yang
tertinggi pada saat menopause. Pengurangan konsentrasi estradiol pada perempuan
premenopause menyebabkan berkembangnya osteoporosis, tetapi keropos tulang
dapat diatasi dengan penggunaan kontrasepsi oral. Cosrson mereview 15 studi
mengenai pengaruh kontrasepsi oral pada kepadatan mineral tulang. Studi ini
memiliki perbedaan dosis kontrasepsi, lama penggunaan dan metode pengukuran
kepadatan tulang, hubungan yang positif antara penggunaan kontrasepsi oral dan
kepadatan tulang berhasil ditemukan pada 8 studi dan sisanya tidak memiliki
hubungan. Maka disimpulkan bahwa perempuan premenopause pengguna kontrasepsi
oral memiliki 2 – 3% tulang yang padat dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan pada waktu menopause, tetapi temuan yang signifikan belum berhasil
dirumuskan.
Keuntungan pemakaian pil kombinasi pada masa premenopause lanjut adalah
keluhan vasomotor berkurang, keluhan somatik (insomnia, kelelahan, mudah
tersinggung) berkurang, keluhan urogenital berkurang, lubrikan vaginal
bertambah, disfungisonal menorrhagia berkurang. Hal ini mengurangi penggunaan
danazol, norethindrome yang menyebabkan perubahan profil lipid.
c.
Kontrasepsi injeksi
Kontrasepsi injeksi yang banyak digunakan adalah depo medroxyprogesteron
asetat ( depo Provera ). Karena struktur kimianya, MPA memiliki aktivitas yang
mirip dengan progesteron natural. Efek kontrasepsi MPA adalah berdasarkan pada
mekanisme berikut ini: menyembunyikan sekresi pituitary gonadotropin yang
mencegah kematangan oocytes dan ovulasi. Akan tetapi, level basal gonadotropin
disediakan sepanjang durasi penggunaan MPA. Ini menghasilkan level estrogen
yang berkoresponden dengan yang lain pada fase follikular, sehingga tidak
terdapat climatric complain atau tanda-tanda vaginal atrophy. Efek
tambahan pada sekresi cervival memodifikasi ini dalam kuantitas, komposisi, dan
bentuk fisik sehingga mencegah penetrasi sperma. Lebih jauh lagi Injeksi
progesteron ini dilakukan untuk menghambat ovulasi dan penggunaan dosis 150 mg
secara intramuskular menghasilkan konsentrasi farmakologikal dari progesteron
yang bertahan hingga 3–4 bulan. Ini juga metode yang cukup efektif dengan
jumlah kegagalan terendah 0,3% pada tahun pertama dan jumlah kegagalan juga
0,3%.
Masalah utama dalam metode ini membuat perdarahan pervaginam menjadi
tidak teratur dan membuat tidak cocok bagi perempuan premenopause. Perdarahan
yang tidak teratur menyebabkan lebih dari 25% perempuan tidak melanjutkan
pemakaian ini dalam satu penggunaan. Akan tetapi permasalahan dengan perdarahan
yang tidak teratur berkurang sejalan waktu dan lebih dari 50% perempuan menjadi
amenorrhoe setelah satu tahun. Di luar dari ini, medroxyprogesteron asetat
mempunyai efek samping yang relatif sedikit, dan kemungkinan penundaan
kesuburan setelah penghentian pemakaian jarang menjadi masalah bagi perempuan
premenopause. Metode ini menyediakan perlindungan dari karsinoma endometrium,
perempuan premenopause tidak mendapatkan manfaat dari persiapaan yang terdiri
dari estrogen, seperti perlindungan dari osteoporosis.
d.
IUD (Intra uterine Device) dan Sistim Hormon
IUD dengan cuprum (Copper bearing IUDs) banyak dipakai oleh perempuan
di atas 35 tahun karena elektif dengan angka kegagalan rendah.Penelitian di
luar negeri (Denmark, Finland, Swedia) dan Indonesia menunjukkan komplikasi
yang rendah.
Penggunaan levonogestrel releasing (LNG-IUD) untuk perempuan pada masa
premenopause akan mengurnagi terjadinya perdarahan ireguler.
1.
IUD (Intra Uterine Device)
Ovulation inhibiton lainnya adalah kontrasepsi
intrauterine yang banyak digunakan oleh multipara. Kontrasepsi intrauterine
terkadang menjadi metode pilihan pada fase kehidupan ini karena alasan
kontraindikasi medis atau ovulation inhibion yang tidak dapat
ditoleransi atau alasan pribadi (cukup puas dengan pil KB atau penolakan pil
KB). Hampir semua multipara mentoleransi IUD tanpa masalah dan sedikit sekali
efek sampingnya seperti spotting.
Dari sejumlah besar IUD yang terbuat dari palstik dan kawat aluminium
menghasilkan luka dis ekitarnya. Ini dapat tetap bertahan selama 3-5 tahun dan
peral index 0,5-2 yang dianggap sanagat reliabel untuk dimasukkan.
Problem utama pada pemakai IUD di atas usia 35 tahun adalah perdarahan.
Dianjurkan untuk mengangkat IUD jika terdapat perdarahan dan nyeri pada
perempuan di atas 35 tahun. Hal ini mencegah terjadinya anemia dan infeksi
serta keterlambatan diagnostik adanya kesalahan organik.
2.
Intrauterine Hormone
system ( IUS ), hormone device
Perkembangan terakhir dikenal dengan sebutan intrauterine hormone
system dengan levonogestrel (hormone device, mirena). Bentuknya mirip dengan
IUD, dengan hormone cylinder pada bagian vertikal yang akan melepaskan 20 mcg
levonogestrel perhari. Levonogestrel dilepaskan dalam cavum uteri yang akan
mengarah untuk mengurangi proliferasi endometrium diantaranya, sehingga menjadi
penanda berkurangnya aliran darah yang diharapkan setelah 1-3 bulan. Pada
sekitar 20-25% kasus, terjadi amenorhea setelah satu tahun, tetapi tidak
merusak fungsi ovarium. Spotting atau perdarahan tengah siklus seperti yang
terjadi pada 3-4 bulan pertama dimasukkannya IUD biasanya dapat ditoleransi
tanpa masalah oleh pasien setelah diberikan informasi. Sehingga intrauterine
hormone system ini memiliki dasar yang sangat reliabel untuk kontrasepsi jangka
panjang, terutama pada kasus yang bermasalah dan keinginan untuk tidak memiliki
anak lagi.
Penggunaan dengan sistem dimasukkan dalam kulit tidak sulit, dan yang
penting dapat mencegah kehamilan. Pasien cenderung memilih local hormone
therapy daripada systemic therapy. Sistem pemasukkannya pada saat
menstruasi atau pada pertengahan siklus, karena pada kedua keadaan tersebut cervical
channel lebih luas sehingga membuat insersi lebih vertikal daripada IUD
dengan aluminium dan lebih mudah. Posisi yang tepat dapat dimonitor dengan USG.
Kemungkinan amenorrhea adalah salah satu efek sampingnya karena itu
menyebabkan rasa tidak aman pada banyak perempuan yang berada pada fase subur
dalam hidupnya. Ketakutan akan kehamilan yang tidak diinginkan atau
ketidaksesuaian pada sirkulasi mentruasi harus diperhitungkan dengan informasi
ekstensif. Pearl index antara 0,14 dan 2.
e.
Implanon
Sustained-release levonogestrel contraceptive implant (Norplant) terdiri dari 6 silastic implant, yang setiap silastic
mengandung 36 mg levonogestrel. Persiapan yang lebih baru terdiri dari dua rod
yang terdiri dari 70 mg levonogestrel (Norplant-2) dan ini lebih mudah untuk
dimasukkan dan dipindahkan daripada implant sebelumnya. Norplant bertindak
sebagai penghambat ovulasi dan memiliki efektivitas yang tinggi, dengan tingkat
kegagalan yang terendah 0,2% pada tahun pertama (table 4). 1
Konsentrasi levonogestrel dengan puncak
norplant pada 0,4-0,5 ng/ml, tetapi menurun sekitar 0,25 ng/ml setelah 5 tahun,
yang direkomendasikan durasi penggunaannya. Norplant memiliki efektifitas yang
tinggi, dibutuhkan keahlian untuk memasukkan implant dan juga pemindahannya
dapat menyebabkan terjadinya masalah. Efek samping yang umum menyebabkan jika pemakaian
dihentikan adalah perdarahan yang tidak teratur. Selama lebih dari 5 tahun
hanya 5-10% perempuan menjadi amenorrhea dan perdarahan abnormal terjadi pada
lebih dari 80% pengguna. Manfaat bagi perempuan premenopause rendahnya insiden
dari perdarahan yang tidak teratur, biasanya tidak begitu berat, dan untuk
perempuan premenopause ini hanya merupakan masalah awal menorrhagia, penggunaan
norplant dapat mengurangi volume darah yang hilang dan melindungi dari anemia.
f. Metode Barrier
Metode ini menggunakan kondom atau difragma. Kondom cukup efektif bila
dipakai secara benar dengan angka kegagalan 2-5% per tahun. Bila pemakaiannya
tidak benar dan tidak konsisten, maka angka kegagalan mencapai 15% per tahun.
Keuntungannya adalah mencegah terjadinya sexually transmitted diseases termasuk
infeksi HIV.
g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang umum digunakan. Sterilisasi
juga harus disebutkan sebagai metode pencegahan kehamilan yang paling akurat,
baik perempuan ataupun pria dapat disterilisasi. Baik tubektomi ataupun
vasektomi merupakan metode kontrasepsi yang cukup aman dan efektif dan
merupakan pilihan yang sesuai untuk pasangan yang telah lengkap keluarganya.
Sterilisasi memiliki manfaat diatas metode kontrasepsi lain yang harus
digunakan berdasarkan keteraturan dan beberapa efek yang tidak diinginkan. Ini
dapat dilakukan pada perempuan menggunakan clip atau band, atau reseksi tuba,
ligasi atau kauterisasi.
2.4.Saat penghentian kontrasepsi
Sepuluh persen dari perempuan di atas usia 45 tahun yang telah satu
tahun amenorrhea akan mengalami menstruasi dan ovulasi lagi. Perempuan di atas
usia 45 tahun dianjurkan tetap memakai kontrasepsi non hormonal sampai dua
tahun setelah menstruasi terakhir. Para perempuan yang menggunakan kontrasepsi
hormonal pada usia 50 tahun, selanjutnya selama 6 bulan memakai metode barrier
dan bila dua kali pemeriksaan FSH selang tiga bulan kadarnya tetap tinggi,
kontrasepsi dapat dihentikan. Perempuan dengan risiko rendah terhadap penyakit
kardiovaskuler yang memakai pil kombinasi (20-30 μg ethynil estradiol) dapat
menggunakan pil tersebut sampai beberapa tahun setelah usia 50 tahun.
2.5.Solusi pilihan
Pada premenopause lanjut semua macam kontrasepsi menjadi lebih efektif.
Pilihan kontrasepsi mana yang dipakai pada masa ini tergantung pada tiap-tiap
individu. Pilihan pertama yang dianjurkan adalah mengggunakan kontrasepsi
mantap, baik metode opeasi perempuan (tubektomi), maupun metode operasi pria
(vasektomi). Tidak semua agama memperbolehkan kontrasepsi mantap kecuali ada
indikasi medis. Ligasi tuba dan elektro koagulen dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi uterus dan ovarium yang menurut beberapa penelitian menyebabkan
perdarahan menstruasi yang lebih banyak. Masih dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang ini.
Pilihan
lain yang dianjurkan berdasarkan efektifitas adalah IUD, karena pada masa
premenopause lanjut, pregnancy rate, expulsi, perforasi, kemungkinan
terjadinya infeksi rendah. Pemakaian IUD yang mengandung cuprum dapat lebih
lama dari batas yang ditentukan pada masa premenopause lanjut karena
infertilitas menurun. Penggunaan IUD yang mengandung levonogestrel atau 3 keto
desogestrel, suatu generasi terbaru dari IUD bentuk T, gangguan menstruasi dan pregnancy
rate rendah. Progestin akan mempengaruhi cervical mucous, mencegah
infeksi. Pada perempuan diatas 35 tahun sering terjadi hiperplasia dari
endometrium karena siklus anovulatoir lebih sering. Dalam keadaan ini dapat
diberikan terapi hormonal pengganti.2,3,5
Pilihan
berikutnya setelah IUD adalah norplant, implant dan suntikan. Norplant dan
implant kurang disukai karena harus dipasang dan dilepas secara khusus oleh
tenaga terlatih. Suntikan seperti Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA) dan
norethisterone ananthate ( Net-EN) sangat efektif dan reversibel. DMPA
disuntikkan tiap tiga bulan, Net-EN tiap dua bulan pada empat suntikan pertama
yang dilanjutkan tiga bulan sekali. Keluhan Net-EN lebih sedikit dibandingkan
DMPA Cyclofem (MPA 25 mg + EC 5 mg) diberikan tiap bulan, cukup efektif dan
efek samping seperti gangguan menstruasi sedikit. Di Indonesia, kontrasepsi
suntikan lebih disukai karena tidak ada keluhan nausea (seperti halnya yang
terjadi pada pil kombinasi karena mengandung estrogen), sangat efektif dan
kalau perlu suami tidak tahu bahwa memakai kontrasepsi.
Pilihan
berikutnya adalah mini-pil (pil progestin) yang cukup efisien dan efek
sampingnya rendah. Mekanisme kerjanya terutama mempengaruhi cervical mucous dan
mempunyai efek langsung pada axis ovarial hipotalamik hingga sering menyebabkan
perdarahan ireguler. Pil kontrasepsi kombinasi mempunyai efek utama yaitu supresi
ovulasi selain mempunyai efek menurunkan produksi FSH dan LH. Pil kombinasi
menyebabkan endometrium lebih tipis dan kemampuan sekresi rendah. Pil ini dapat
digunakan sampai beberapa tahun setelah menopause asal memperhatikan
kontraindikasinya.
Metode
barrier meskipun efektifitasnya rendah, pada masa premenopause lanjut cukup
efektif karena frekuensi coitus berkurang dan fertilitas menurun. Suatu
keuntungan yang menonjol dari pemakaian kondom adalah risiko yang rendah
terjadinya sexually transmitted diseases. Kerugiannya adalah alergi
terhadap spermicide atau lubrikan yang dipakai dan problem psikologis.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Premenopause adalah fase pada proses usia yang dilewati perempuan dari
mulai tahap reproduktif hingga menjadi tidak produktif. Menopause diartikan
sebagai berhentinya menstruasi secara permanen yang menghasilkan hilangnya
aktivitas folikel ovarium. Selama tahun-tahun premenopause, sirkulasi
menstruasi cenderung menjadi tidak teratur, tetapi walaupun terdapat penurunan
tingkat kesuburan, kontrasepsi tetap diperlukan untuk menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan. Perempuan yang mendekati masa menopause terkadang
memerlukan kontrasepsi yang berbeda dari perempuan yang lebih muda, tetapi
pengawasan efektifitas kontrasepsi sama penting bagi keduanya.
Dalam hubungannya dengan kebutuhan pemakaian kontrasepsi, dibuat
batasan tentang periode premenopause lanjut yaitu masa yang dimulai dari usia
35 tahun dan berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah menopause,
peningkatan konsentrasi FSH relatif lebih besar daripada LH , dengan
peningkatan level FSH 10 – 15 kali dimana konsentrasi dari LH hanya tiga hingga
lima kali lebih tinggi.
Risiko terjadinya kehamilan pada usia 40 – 44 tahun tanpa kontrasepsi
10% dan pada usia 45 – 49 tahun risiko sekitar 2 – 3%. Meskipun kecil, risiko
terjadinya kehamilan di atas usia 50 tahun masih ada.
Perempuan usia premenopause lanjut (35 tahun-menopause) masih
memerlukan kontrasepsi meskipun tidak terdapat pedoman yang jelas kapan waktu
yang aman bagi perempuan premenopause untuk tidak melanjutkan kontrasepsi.
Dianjurkan memilih kontrasepsi yang paling efektif.
Pada premenopause lanjut
semua macam kontrasepsi menjadi lebih efektif. Pilihan kontrasepsi mana yang
dipakai pada masa ini tergantung pada tiap-tiap
individu. Pilihan pertama yang dianjurkan adalah mengggunakan
kontrasepsi mantap, baik metode opeasi perempuan (tubektomi), maupun metode
operasi pria (vasektomi). Pilihan berikutnya setelah IUD adalah norplant,
implant dan suntikan. Di Indonesia, kontrasepsi suntikan lebih disukai karena
tidak ada keluhan nausea (seperti halnya yang terjadi pada pil kombinasi karena
mengandung estrogen).
Pilihan berikutnya adalah mini-pil (pil progestin) yang cukup efisien
dan efek sampingnya rendah. Pil kombinasi menyebabkan endometrium lebih tipis
dan kemampuan sekresi rendah. Pil ini dapat digunakan sampai beberapa tahun
setelah menopause asal memperhatikan kontraindikasinya.
Metode barrier meskipun efektifitasnya rendah, pada masa premenopause
lanjut cukup efektif karena frekuensi coitus berkurang dan fertilitas menurun.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Haines C.J, Ludicke F. Contraception in the perimenopause. First
consensus meeting in the East Asian Region.
2. Fischl F. Contraseption in the premenopause. Menopause Andropause
3. Soewarto S, Ngartjono W. Kontrasepsi pada premenopause lanjut. Maj
Kedok Unibraw 1998; 14:85-88
4. Samsioe G. Menopause and hormone replacement therapy. 2nd ed.
Florida: Merit Publishing International, 2002;7-12
5. Baziad A. Kontrasepsi hormonal. Edisi pertama. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002;1-10
6. Noerpramana NP. Upaya meningkatkan kualitas hidup perempuan lanjut
usia. Maj Obstet Ginekol Indones 1999; 23:57-72
7. Bartfai G. Emergency cotraception in clinical practice: global
prespectives. Int J Gynaecol Obstet 2000;70:49-58
8. Schering. Hormone replacement therapy and the menopause. 4th ed.
Berlin:Schering AG,2002;146-149
9. Parrazini F, Macalusco M, Stalsberg K. Oral contraceptive use and
risk of uterine fibroid. Obstet Gynecol 1992; 79:430-3
10. Friedman AJ, Thomas PP. does low dose combination oral
contraception use affect uterine size or menstrual flow in premenopausal women
with leiomyomas? Obstet Gynecol 1995; 85:631-5
11. Shoupe D, Mishell DR Jr, Bopp BL, Fielding M. The significance of
bleeding patterns in Norplant implant users. Obstet Gynecol 1991; 77:256-60
12. Nilsson CG, Holma P. Menstrual blood loss with cotraceptive
subdermal levonogestrel implants. Fertil Steril 1981; 35:304-6
13. Miskel DR. Use of oral contraceptive in women of older reproductive
age. Am J Obstet Gynecol 1988; 35:855-864