BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama dalam
berdirinya suatu negara. Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa negara
tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung oleh
banyak faktor. Salah satunya adalah kesehatan lingkungan masyarakat di suatu
negara tersebut.
Kesehatan masarakat adalah
ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masarakat. Salah
satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa
dini dan pengobatan. (IAKMI , 2012)
Salah satu faktor yang menyebabkan aspek-aspek kesehatan
manusia terganggu dan munculnya penyakit adalah tingkat pendidikan masyarakat
di suatu daerah tempat mereka tinggal. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi
respon masyarakat terhadap lingkungan sekitarnya.
Hal inilah yang melatar belakangi tentang pengaruh
tingkat pendidikan masyarakat terhadap kesehatan . Sebab sebagai unsur utama
suatu negara, kita perlu melakukan pembenahan agar terwujud kesehatan masyarakat
yang diharapkan, serta menjadikan masyarakat lebih produktif dan berprestasi
B. Rumusan
Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan pendidikan
kesehatan masyarakat?
2) Bagaimana prinsip –prinsip pendidikan kesehatan
masyarakat?
3) Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan ?
4) Bagaimana metode pendidikan kesehatan ?
5) Apasaja alat bantu dan media pendidikan kesehatan ?
6) apakah yang dimaksud dengan perilaku kesehatan ?
C. Tujuan
1) Mendeskripsikan pengertian pendidikan
kesehatan masyarakat.
2) Menyebutkan prinsip –prinsip pendidikan kesehatan
masyarakat
3) menjelaskan ruang lingkup pendidikan kesehatan
4) menjelaskan metode pendidikan kesehatan
5) menjelaskan alat bantu dan media pendidikan kesehatan
6) mendiskripsikan perilaku kesehatan
D.Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini adalah:
1) Bagi Penulis
Makalah ini dapat menambah pengetahuan penulis tentang
pentingnya pendidikan kesehatan masayarakat agar dapat mewujudkanmasyarakat
yang sehat.
2) Bagi pembaca
Makalah ini dapat menambah
pengetahuan agar masyarakat lebih peduli terhadap kesehatannya melalui
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENDIDIKAN
KESEHATAN MASYARAKAT
Pendidikan
merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses memperoleh ilmu dan pengetahuan.
Pendidikan ini dapat dicapai dengan cara formal maupun non-formal. Cara formal
diantaranya dengan mengikuti program-program seperti sekolah atau kursus,
sedangkan cara non-formal yaitu dengan membaca buku-buku atau mengikuti seminar
dan penyuluhan yang diadakan oleh berbagai macam pihak.Kesehatan adalah keadaan
sempurna baik fisik, mental, sosial maupun ekonomi. Faktor keturunan sangat
mempengaruhi kesehatan seseorang, Khususnya ibu. Ibu adalah faktor utama dalam
mewariskan kesehatan bagi anak– anaknya. Jika orang tuanya tidak memiliki
penyakit, maka anaknya akan mewariskan kesehatan yang baik dan apabila orang
tuanya memiliki penyakit, maka anaknya juga akan mewariskan kesehatan yang
rendah.
Kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat. Salah satunya pengorganisasian pelayanan-pelayanan
medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan. Pengorganisasian dalam
kesehatan masyarakat amatlah penting terutama pada perawatan dan pengobatan.
Pada umumnya masyarakat kurang memperhatikan kesehatan mereka. Mereka cenderung
memperhatikan kesehatan sewaktu mereka merasakan daya tahan tubuh mereka
menurun.
Pendidikan
kesehatan dalam Notoatmodjo (2003) merupakan penerapan konsep pendidikan dalam
bidang kesehatan berupa praktek pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan lahir
dari asumsi mahluk sosial membutuhkan bantuan orang lain dalam mencapai
nilai-nilai hidup dalam masyarakat yang dalam proses pencapaiannya tidak lepas
dari belajar. Proses pendidikan kesehatan memiliki tujuan agar masyarakat
mengalami perubahan dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu
memecahkan masalah kesehatan menjadi mampu.
Proses pendidikan kesehatan dapat
dilaksanakan secara perorangan, kelompok dan masyarakat sehingga disesuaikan
dengan ruang lingkupnya. Proses tersebut berupa proses belajar yang tidak
terlepas dari persoalan masukan (input), proses belajar dan luaran (output).
Dalam proses belajar terjadi interaksi antara masyarakat yang belajar, pengajar
atau pendidik, metode dan teknik belajar, media atau sarana belajar serta
materi atau bahan ajar.
B. PRINSIP PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah
kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunyasesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Peran pendidikan kesehatan
Semua ahli
kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan status kesehatan mengacu
kepada H.L. Bkum. Dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah
satu Negara yang sudah maju Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil
yang paling besar terhadap status kesehatan. Kemudian berturut-turut disusul
oleh perilaku mempunyai andil nomor dua, pelayanan kesehatan, dan keturunan
mempunyai andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimana proporsi
pengaruh factor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di Negara-negara
berkembang, terutama di Indonesia belum ada penelitian. Penelitian penulis di
kecamatan pasar rebo Jakarta timur tentang status gizi anak balita dengan
menggunakan analisis stepwisc, terbukti variable perilaku terseleksi sedangkan
variable pendekatan per kapita (ekonomi)
tidak terseleksi.
Selanjutnya
Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilator belakangi atau
dipengaruhi oleh tiga factor pokok yaitu yakni : factor-faktor prediposisi (predisposing factors). Factor-faktor
yang mendukung (enabling factors).oleh
sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai factor usaha intervensi perilaku harus
diarahkan kepada ketiga factor pokok tersebut.
Skema dari Blum dan Green tersebut dapat dimodifikasi
sebagai berikut :
Dari
diagram tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan
adalah melalkukan intervensi factor perilaku sehingga perilaku individu,
kelompok atau masyarakat sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
C. RUANG LINGKUP
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari 3 dimensi :
1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran
individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran
kelompok masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran
masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran
pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran
pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat
kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan
kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal :
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan tepat (Early diagnostic and
prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat
menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
D. METODE PENDIDIKAN
KESEHATAN
1. Metode pendidikan
Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance
and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat
dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan
berdasarkan kesadaran, penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan
Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah
kelompok itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas
metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)
dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan
biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan,
pimpinan diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih
tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup
dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan
memberikan satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis,
sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun,
baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan
akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow
Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang
2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz
group)
Kelompok langsung
dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan
sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan
masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang
peranan tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari
dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok.
Pesan-pesan disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco
(penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian
lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak
langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public
speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan
Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui
media elektronik baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui
TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga
merupakan bentuk pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di
Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk
artikel maupun tanya jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga
merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board,
yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”.
Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
E. ALAT BANTU DAN
MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Alat bantu (peraga)
a. Pengertian ;
Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat peraga
tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat
intensitas tiap-tiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar
kerucut adalah benda asli yang mempunyai intensitas tertinggi disusul benda
tiruan, sandiwara, demonstrasi, field trip/kunjungan lapangan, pameran,
televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian bahan dengan
kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.
b. Faedah alat bantu pendidikan
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan
pesan-pesan kesehatan.
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih
banyak dan cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan
pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi
oleh para pendidik/pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran
pendidikan.
Menurut penelitian ahli indra, yang paling banyak
menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87% pengetahuan manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan melalui
indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah
cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.
9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui,
kemudian lebih mendalami, dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
c. Macam-macam alat bantu pendidikan
1) Alat bantu lihat (visual aids) ;
- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip
dan sebagainya.
- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi
misalnya gambar, peta, bagan ; untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka,
dsb.
2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.
3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.
d. Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan
1) Individu atau kelompok
2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur,
pendidikan, pekerjaan, dsb.
3) Bahasa yang mereka gunakan
4) Adat istiadat serta kebiasaan
5) Minat dan perhatian
6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan
yang akan diterima.
e. Merencanakan dan menggunakan alat peraga
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :
a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan
konsep-konsep.
b) Mengubah sikap dan persepsi.
c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.
2) Tujuan penggunaan alat peraga
a) Sebagai alat bantu dalam latihan /
penataran/pendidikan.
b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu
masalah.
c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.
d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.
f. Persiapan penggunaan alat peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat
bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar
dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan ketrampilan dalam memilih,
mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat
untuk bayi/anak-anak harus diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil
menerangkan tiap-tiap gambar beserta pesannya. Kemudian diadakan pembahasan
sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi komunikasi dua arah. Apabila
kita tidak mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan lembaran-lembaran flip
chart satu demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka penggunaan flip
chart tersebut mungkin gagal.
g. Cara mengunakan alat peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung
dengan alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan
film slide. Faktor sasaran pendidikan juga harus diperhatikan, masyarakat buta
huruf akan berbeda dengan masyarakat berpendidikan. Lebih penting lagi, alat
yang digunakan juga harus menarik, sehingga menimbulkan minat para pesertanya.
Ketika mempergunakan AVA, hendaknya memperhatikan :
1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.
2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan
dibicarakan/diperagakan itu, adalah penting.
3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar
mereka tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.
4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar
pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.
5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan
untuk memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.
6) Bila perlu berilah selingan humor, guna
menghidupkan suasana dan sebagainya.
2. Media pendidikan
kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat
bantu pendidikan (audio visual
aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) :
Cetak, elektronik, media papan (bill board)
1) Media cetak
1) Booklet
: untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
2) Leaflet
: melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.
3) Flyer
(selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
4) Flip chart
(lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan
dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar
tersebut.
5) Rubrik/tulisan-tulisan
pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster
ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya
ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
7) Foto,
yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2) Media elektronik
1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara,
forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat,
dll.
2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab,
sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll.
3) Video
Compact Disc (VCD)
4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan kesehatan.
3) Media papan (bill
board)
Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan.
Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng
yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).
F. PERILAKU
KESEHATAN
1. Konsep perilaku
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan
bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan
tanggapan (respons). Ia membagi respons menjadi 2 :
a. Respondent
respons/reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang
relatif tetap, misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya
yang kuat akan menimbulkan mata tertutup, dll. Respondent respons (respondent
behavior) ini mencakup juga emosi respons atau emotional behavior. Emotional
respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan.
Misalnya menangis karena sedih/sakit, muka merah (tekanan darah meningkat
karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan
perilaku emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dll.
b. Operant
Respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena
perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Oleh karena itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Contoh : Apabila
seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian memperoleh
hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi
melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain, responsnya akan lebih intensif
atau lebih kuat lagi.
2. Perilaku kesehatan
Yaitu suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4 (empat) :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia merespons,
baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada
dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan
penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan-tingkatan pencegahan
penyakit, misalnya : perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons untuk melakukan
pencegahan penyakit, misalnya : tidur dengan kelambu untuk mencegah gigitan
nyamuk malaria, imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang
dihasilkan melalui panca indra.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik
pelayanan kesehatan tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons
terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan
obat-obatan, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaan
fasilitas, petugas dan obat-obatan.
c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)
adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan
manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri
(dengan air bersih, pembuangan air kotor, dengan limbah, dengan rumah yang
sehat, dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.
Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan (health behavior)
sebagai berikut :
1) Perilaku kesehatan (health behavior), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan,
memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.
2) Perilaku sakit (illness behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang individu yang merasakan sakit, untuk merasakan
merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan
atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit,
serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behavior), yakni segala tindakan atau kegiatan
yang dilakuakan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri,
juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama anak-anak yang belum mempunyai kesadaran
dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.
3. Bentuk perilaku
Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan
suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar
subjek tersebut. Respons berbentuk 2 (dua) macam :
a. Bentuk
pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misal tanggapan atau
sikap batin dan pengetahuan. Misalnya ; seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu
mencegah suatu penyakit tertentu, meski ia tak membawa anaknya ke puskesmas,
seseorang yang menganjurkan orang lain untuk ber-KB, meski ia tidak ikut KB.
Dari contoh di atas ibu itu telah tahu guna imunisasi dan orang tersebut punya
sikap positif mendukung KB, meski mereka sendiri belum melakukan secara konkret
terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih
terselubung (covert behavior).
b. Bentuk
aktif, yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas
untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut KB dalam arti sudah
menjadi akseptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam
bentuk tindakan nyata, maka disebut ”overt
behavior”.
4. Domain perilaku kesehatan
a. Menurut Bloom
1) Perilku kognitif (kesadaran, pengetahuan)
2) Afektif (emosi )
3) Psikomotor (gerakan, tindakan)
b. Menurut Ki Hajar Dewantara
1) Cipta (peri akal)
2) Rasa (peri rasa)
3) Karsa (peri tindak)
c. Ahli-ahli lain
1) Knowledge(pengetahuan), yaitu hasil ”tahu” dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan (rasa, lihat, dengar, raba, bau)
terhadap suatu obyek tertentu.
2) Attitude (sikap), yaitu reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Ahli lain
menyatakan kesiapan/kesediaan seseorang untuk bertindak.
3) Practice (tindakan/praktik). Suatu sikap belum
tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang
positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya,
dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan
anaknya. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari fihak lain, misal
suami atau istri, orang tua atau mertua, sangat penting untuk mendukung praktek
keluarga berencana.
d. Metode pendidikan untuk mengubah masing-masing domain
perilaku
Merubah Pengetahuan
|
Merubah Sikap
|
Merubah Praktik
|
Ceramah
|
Diskusi Kelompok
|
Latihan sendiri
|
Kuliah
|
Tanya Jawab
|
Bengkel kerja
|
Presentasi
|
Role Playing
|
Demonstrasi
|
Wisata Karya
|
Pemutaran film
|
Eksperimen
|
Curah pendapat
|
Video
|
|
Seminar
|
Tape Recorder
|
|
Studi kasus
|
Simulasi
|
|
Tugas baca
|
||
Simposium
|
||
Panel
|
||
Konferensi
|
. Tiga faktor pokok yang
melatarbelakangi/mempengaruhi perilaku :
a. Faktor Predisposing, berupa pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, nilai, dll.
b. Faktor Enabling/pemungkin, berupa ketersediaan
sumber-sumber/fasilitas, peraturan-peraturan.
c. Faktor Reinforcing/mendorong/memperkuat, berupa
tokoh agama, tokoh masyarakat.
G. PERUBAHAN
PERILAKU DAN PROSES BELAJAR
1. Teori stimulus dan
transformasi
Teori stimulus - respon kurang memperhitungkan faktor internal, dan transformasi yang
telah memperhitungkan faktor
internal. Teori stimulus respon yang berpangkal pada psikologi asosiasi
menyatakan bahwa apa yang terjadi pada diri subjek belajar adalah merupakan
rahasia atau biasa dilihat sebagai kotak hitam ( black box). Belajar adalah mengambil tanggapan - tanggapan dan
menghubungkan tanggapan - tanggapan dengan mengulang - ulang. Makin banyak
diberi stimulus, makin memperkaya tanggapan pada subyek belajar.
Teori transformasi yang berlandaskan psikologi
kognitif, menyatakan bahwa belajar adalah merupakan proses yang bersifat
internal di mana setiap proses tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, antara lain metode pengajaran. Faktor eksternal itu misalnya
persentuhan, repetisi/pengulangan, penguat. Faktor internal misalnya fakta,
informasi, ketrampilan, intelektual, strategi.
2. Teori-teori belajar
sosial (social learning)
a. Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard
Ada 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan;
1) Tingkah laku sama (same
behavior).
Contoh : dua orang yang berbelanja di toko yang sama
dan dengan barang yang sama.
2) Tingkah laku tergantung (macthed dependent behavior).
Contoh : kakak-beradik yang menunggu ibunya pulang
dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat (ganjaran). Adiknya juga
mengikuti. Adiknya yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain
waktu meski kakaknya tak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang
dari pasar.
3) Tingkah laku salinan (copying
behavior)
Perbedaannya dengan
tingkah laku bergantung adalah dalam tingkah laku bergantung ini si peniru
hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu
saja. Sedangkan pada tingkah laku salinan, si peniru memperhatikan juga tingkah
laku model di masa lalu dan masa yang akan datang. Tingkah laku model dalam
kurun waktu relatif panjang ini akan dijadikan patokan si peniru untuk
memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan datang, sehingga lebih
mendekati tigkah laku model.
b. Teori belajar sosial dari Bandura dan Walter
1) Efek modeling (modelling effect), yaitu peniru melakukan tingkah laku baru
melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model.
2) Efek menghambat (inhibition) dan menghapus hambatan (disinhibition), dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengan
model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah
laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat
menjadi nyata.
3) Efek kemudahan (facilitation effect), yaitu tingkah laku-tingkah laku yang
sudah pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati
tingkah laku model.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
2) Pendidikan kesehatan dapat didefenisikan
sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat
dalam meningkatkan kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara
optimal.
3) Proses pendidikan kesehatan berlangsung di dalam suatu
lingkungan pendidikan atau tri pusat pendidikan yaitu di dalam keluarga
(pendidikan informal), di dalam sekolah (pendidikan formal), dan di dalam
masyarakat.
B. Saran
1) Bagi penulis diharapkan untuk mengkaji
upaya untuk peningkatan kesehatan n masyarakat.
2) Bagi pembaca diharapkan makalah ini bisa digunakan sebagai bahan informasi
dalam peningkatan kesehatan dengan turut aktif dalam pendidikan kesehatan yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2000. Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat, ed. 1.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta
Depkes RI. Tt.
Buku pedoman kerja Puskesmas jilid III
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2012. Naskah
Akademik Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : (Online)\
Nasution, Siti Khadijah.2009. Artikel Kesehatan.
Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Ayu Mas Caem, 2010 dalam
http://pmkes.blogspot.com/2010/04/pendidikan-kesehatan.html (di akses pada
tanggal : 30 Maret 2011 19 : 11)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar